Saturday, November 7, 2009

KISAH DARI PUNCAK TERTINGGI DI DUNIA

KECINTAANNYA terhadap gunung dimulai sejak masa remaja, ketika ia meninggalkan kampung halamannya di Tolosa, Spanyol, untuk berlibur bersama keluarga ke pegunungan Alpen. Di usianya yang masih 16 tahun pada waktu itu, ia mendaki Mont Blanc hingga ketinggian 5.000 meter. Saat ini, ia tercatat sebagai perempuan pertama yang berhasil menaklukkan dua belas dari empat belas gunung tertinggi di dunia.

Akan tetapi, keberhasilan itu diraihnya bukan tanpa pengorbanan. Di tengah kesunyian Himalaya dengan terjangan anginnya yang membekukan tulang, ia terpaksa merelakan dua jari kaki diamputasi sebagai penebus obsesinya terhadap pendakian.

Dilahirkan di Tolosa, Spanyol, pada 1 Agustus 1973, Edurne Pasaban merupakan perempuan ketiga setelah Gerlinde Kaltenbrunner dan Nives Meroi, yang berhasil menaklukkan sebelas dari empat belas eight-thousanders, gunung dengan ketinggian di atas 8.000 meter. Namun, pada 18 Mei lalu, ia memecahkan rekor tersebut dengan menjejakkan kaki di puncak Kangchenjunga, gunung tertinggi ketiga di dunia yang terletak di Nepal.

Butuh waktu bertahun-tahun sebelum Pasaban akhirnya memutuskan menjadi seorang pendaki gunung profesional. Mulanya, ia sempat berkuliah di jurusan teknik, membuka bisnis pribadi, bahkan jatuh bangun akibat kehidupan percintaan yang disebutnya sebagai 'disastrous love life'.

''Aku berada di usia 30-an saat mulai mempertanyakan keputusanku untuk menjadi pendaki gunung profesional. Aku bertanya-tanya apakah semua pengorbanan itu benar-benar berarti. Aku terombang-ambing antara gunung dan pekerjaanku sebagai insinyur. Kehidupanku tidak stabil, dan ketidakstabilan itu membuatku jatuh ke dalam depresi, di mana satu-satunya cara membebaskan diri adalah dengan meyakini apa yang aku kerjakan,'' ungkapnya seperti dikutip situs independent.co.uk.

Pada 2001, ia memulai ekspedisi Himalaya pertamanya untuk menaklukkan puncak-puncak tertinggi dunia, dimulai dari Mount Everest, kemudian dilanjutkan dengan Makalu (2002), Cho Oytu (2002), Lhotse (2003), Gasherbrum II (2003), dan Gasherbrum I (2003).

Pada 2004, perempuan yang hobi mendengarkan musik dan memilih The Gladiator sebagai film favoritnya ini berhasil menundukkan K2, yang terkenal di antara para pendaki sebagai gunung paling berbahaya di dunia. Pasaban sendiri sempat bersinggungan dengan maut, dan terpaksa kehilangan dua jari kaki akibat serangan radang dingin (frostbite).

Namun, kejadian itu tidak membuat Pasaban jera dan putus asa. Pada 2005, ia tiba di puncak Nanga Parbat, disusul Broad Peak (2007), Dhaulagiri (2008), Manaslu (2008), dan baru-baru ini ia menaklukkan Kangchenjunga.

Kini, tinggal dua puncak tertinggi dunia yang belum didakinya, yakni Annapurna I dan Shisha Pangma. Saat ambisinya tercapai nanti, Pasaban berniat untuk mendaki Everest kembali, namun kali ini tanpa bantuan oksigen.

Setelah itu, ia berniat untuk menggantungkan sepatu dan menjadi seorang ibu.

Penulis : Yulia Permata Sari
Sumber : http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/index.php/read/2009/06/09/1714/10/Kisah-dari-Puncak-Tertinggi-Dunia

No comments:

Post a Comment